keluhkesahbabi

keluhkesahbabi

Minggu, 11 Januari 2015

Porsi Makan Besar untuk Keluarga Kecil

Semua orang punya makanan favorit masing-masing, ada yang enak buat satu orang belum tentu enak buat yang lainnya. Kayak yang pernah saya baca di Novel Manusia Setengah Salmon nya Abang Raditya Dika yang ganteng. Jadi kesimpulannya, enak atau nggak enak itu relatif, sama kayak kecantikan kali ya.

Hari Minggu ini saya dan keluarga sekitar jam 9 ke gereja untuk ekaristi. Setelah selesai, kami memutuskan untuk makan bubur ayam. Sebenernya di Gereja Katedral itu udah banyak yang jual makanan kecil seperti lekker, arem-arem, siomay ayam, dsb. Kami udah nongkrong di salah satu kios  warna merah beli jajanan untuk adik-adik saya. Saya juga beli jus alpukat dan sirsat botolan dari kakak kelas saya yang jualan di sekitar Gereja setelah misa buat cari dana.
Tapi namanya juga orang kelaperan, jadi saya sekeluarga mulai hunting tempat makan di luar Gereja. Yah ngaku aja sebenarnya saya sekeluarga hobinya makan, mungkin karena mama menganut kepercayaan hidup untuk makan, bukan makan untuk hidup. Hal ini yang menyebabkan bukan pengeluaran saja yang membengkak, tapi juga perut kami, terlebih dua adik saya yang lebih besar ukurannya daripada saya -ups.

Mula nya kami bingung karena referensi makan bubur ayam di pagi hari cuma di bubur ayam sekitar Pantai Marina. Karena jauh, maka kami berpikir dua kali untuk ke sana, karena gereja kami ada di Gereja Katedral daerah Tugu Muda, Semarang Selatan. Selain di Pantai Marina, sebenarnya juga ada bubur ayam di dekat rumah, tapi cuma pakai gerobakan, jadi kami tidak berminat ke sana karena bukan tempat makan keluarga yang tepat. Akhirnya saya browsing di mbah Google iseng-iseng cari referensi tempat sarapan bubur ayam yang enak di Semarang. Tapi entah mungkin blog yang saya buka atau alamat web yang saya buka kemungkinan sudah dari beberapa tahun lalu, otomatis sudah banyak yang berubah di Kota Semarang. Seperti yang dituliskan di salah satu alamat web, bahwa bubur ayam banyak di bundaran Simpang Lima, tentu saja waktu saya sekeluarga ke sana, sudah tidak ada apapun. Bundaran Simpang Lima kan sekarang jauh lebih tertib dari beberapa tahun yang lalu. Paling-paling waktu malam di sekitar situ cuma ramai sepeda-sepeda atau becak-becak berhiaskan lampu nan warna-warni. Sepedanya tdak hanya untuk satu orang tapi sepeda gandeng untuk 2-3 orang.Saya pernah sekali mencoba dengan budget sekitar Rp10.000,00 per orang kalau tidak salah, lupa. Satu kali naik sekitar 30 menit.

Oke, kembali lagi ke bubur ayam, saya tidak menemukan apapun di Simpang Lima. Kemudian kami sekeluarga beralih ke Pusat Kuliner Semarang, berharap melihat tulisan BUBUR AYAM tapi kami tidak menemukan juga. Malah rata-rata warung-warung masih tutup, padahal itu sudah sekitar pk.10.00 WIB, yah, mungkin mereka hanya buka waktu malam hari.

Dan akhirnya destinasi kami berakhir di Bubur Ayam Semawis, tapi bukan di Semawis nya. Semawis itu seperti pasar orang-orang Tionghoa di Semarang yang cuma buka pada hari weekend malam saja. Bubur Ayam Semawis yang saya maksud ini ada di Jalan Moh. Suyudi. Letaknya bersebelahan dengan Sate Kempleng 2 yang nggak jauh beda ramainya. Meskipun mama saya sudah cuap-cuap karena harga bubur ini di atas rata-rata, tapi akhirnya pun kami berhenti di sana untuk makan bubur - akhirnya!
Memang harga nya kalau dibandingkan bubur ayam biasa ya jelas lebih tinggi, but it's worth it. Bubur ini bervariasi, jadi bisa pilih sendiri topping nya, bisa 2 sampai 3 topping dicampur. rasa nya juga bervariasi, ada bubur ayam, bubur jamur, bubur kepiting, bubur polos juga ada - buat yang gigi nya barusan dibehel yang gak bisa makan apa-apa kecuali bubur, hehe pengalaman pribadi. Harga mulai dari Rp10.000,00 untuk bubur polos. Bubur lain sekitar Rp13.000,00 sampai Rp20.000,00 ke atas tergantung toppingnya. 

Ini yang saya pesan Bubur Ayam, sudah termasuk pangsit dan telur yaa..
Rp 13.000,00
Lihat gambarnya aja udah bikin ngiler kan? Gambarnya dari saya sendiri ya, jadi udah melalui editing juga biar masuk blog tambah unyu, tapi juga nggak jauh beda kok sama aslinya, cuma warnanya agak di filter aja yang di foto :P
Di Bubur Ayam Semawis ini kalian yang suka siomay atau dimsum juga bisa mampir, karena di sini juga menyediakan makanan tersebut. Kalau tadi sih mama saya juga pesan dimsum, tapi lupa difoto jeprat-jepret hehe...

Setelah makan, akhirnya saya sekeluarga capcus pulang. Cuma makan bubur aja udah kenyang banget. Porsi nya itu loh yang banyak - atau perut saya yang porsi nya kecil? ups - Sampai di rumah, saya disuguhi mama pancake durian. Itu lhoooo yang warna warni biasanya sih hijau atau kuning, kalau digigit di dalamnya ada lelehan durian. Siapa yang suka durian? Saya pribadi sih netral lah yaa.. Kadang kalau lagi mood ya makan, kalau lagi males ya nggak makan, simple. Nggak terlalu benci kayak yang lebay nglirik durian dikit langsung muntah, juga nggak terlalu fanatik sama durian kayak orang-orang yang bisa milih durian cuma dengan menghirup aroma nya satu per satu, mereka sih gampang banget tau "oh yang ini matang" atau "oh yang ini busuk" atau bisa juga "oh yang ini isi nya warna pink". Ah apa sih, out of topic banget, oke, jadi saya makan aja tuh pancake yang dikasih mama. Katanya sih beli di tetangga, satuannya sekitar Rp10.000,00, harganya sama kayak bubur polos ya. Tapi at last saya seneng juga karena manis, ya meskipun agak kemanisan sih.
Ini yang namanya pancake durian, udah pada tau kan ya? Saya makan yang warna hijau.

Nanti sore mama saya ada arisan, kebetulan tempatnya juga rumah kami yang ketempatan, jadi otomatis mama juga menyiapkan aneka makanan kecil lain yang buanyak buanget seperti pastel, arem-arem, dan bolu kukus yang Beliau beli di pasar. Kecil-kecil kalau banyak juga jadi besar kan ya? Yaudahlah gapapa yang penting tetep semangat aja program dietnya :') Maaf nggak penting huehuehehee

Semoga bermanfaat. Tolong tinggalkan pesan atau komentar buat Babi atau kirim email ke keluhkesahbabi@gmail.com, makasih!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar